Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2015

Poem

GEMURUH DEMOKRASI Bak zamrud di katulistiwa                                                                         Itulah kata para pujangga dunia Nama indah disematkan untuk tanah air kita Tanah subur tiada bandingnya di dunia             Berjuta wajah beribu bahasa             Bersatu di bumi Indonesia             Berdiri diatas Bhineka Tunggal Ika             Berpijak pada pondasi Pancasila Inikah Demokrasi ? Mengapa harus ada perbedaan? Antara konglomerat dan orang melarat Antara orang berjas dan orang tak beralas             Bukankah tanpa petani             Takkan ada padi             Bukankah tanpa nelayan             Takkan ada ikan Inikah Demokrasi? Pantaskah ada perbedaan? Sedangkan kata merdeka Telah lama dikumandangkan Keadilan telah lama ditegakkan             Demokrasi berevolusi             Berganti korupsi                      Persatuan perlahan retak             Sampai kepala menjadi botak Kini... Bumi Pertiwi I

Poem...

RASULALLAH ~Oleh : Nuril Qomariyah~ Sekejap, senyap menyergap Malam merasuki gelap Saat semua mata terpejam terlelap Ku terbangun bersujud penuh harap             Sendiri...             Kudekap lirih             Kerinduan yang perih             Rindu akan sang kekasih Oh. Muhammadku... Kekasih Rabbku...             Jiwa ini remuk redam             Menahan rindu yang mendalam             Menyayat hati menyisakan pedih             Membungkam gundah yang berkawah Rindu merengkuh jiwa Menyisakan nestapa Hadirmu bak telaga, penghilang segala dahaga Hadirmu bak purnama, penerang segala gulita             Oh. Muhammadku...             Panutan hidupku Bukankah, jika kau tak pernah dicipta Alam semesata jua tiada tercipta Cahayamu Tuhan ciptakaan Sebelum segalanya diciptakan             Ashshalaatu wassalaamu ‘alaika             Ya Sayyidie ya Rasulallah! Ku menangis di setiap helai sunyi Ku lantunkan shalawat serta Salam keselamatan a

Poem...

Pelangi Bergelut Perih Bagai melukis pelangi Dikala bahagia tiada bertepi Menghanyutkan pedih di hati Yang terpendam sehari-hari             Seakan ku berlari di atas awan             Berkejaran dengan rembulan             Yang menghiasi malam             Dengan gumintang yang gemerlapan Bagai bunga di musim semi Kau bersinar bak mentari Menyalakan kobaran cinta di hati Cinta yang mustahil abadi             Meski hati kan tergores             Menghempaskan raga             Menghanyutkan jiwa             Tenggelam dalam ke tak pastian Namun dimana kini kau? Pujangga cintaku Penenang jiwa Pemusnah nestapa             Taukah kau, kini...             Diriku sendiri             Bergelut dengan sepi             Bersanding dengan perih Aku merindukanmu Untuk kembali Melukis pelangi bersama Pelangi yang telah lama bergelut perih Yang merasuk hingga ke hati Bondowoso, 23 April 2015