Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

Cerpen

NAFISAH Oleh: Nihayatun Nuril A. “Kak, tolong kembali” ujar Nafisah. Gadis yang begitu aku cintai karena Allah. “ Insyaallah , aku pasti kembali dik.” “Semoga ridho Tuhan selalu menyertai langkahmu Kak.” “Amin.”             Aku tersenyum getir tatkala mengingat pertemuanku dulu dengan Nafisahh, gadis pemilik hatiku yang saat ini masih berada di pesantren. Sudah dua tahun aku meninggalkan madura, kampung tercintaku. Meninggalkan ayah dan ibuku, serta meninggalkan gadis pujaanku. Aku tak sabar ingin kembali dan ingin bertemu dengan mereka, kerinduanku sudah menggebu-gebu.             “ Nafisahh... Semoga dalam penantian ini kau tetap berbahagia ,” kubergumam dalam hati, aku menghembuskan tubuhku ke sofa, menghayalkan keberadaannya disisiku.             Menatap rembulan nan jauh disana, mendengarkan suara alam dan merasakan betapa lembut angin membelai kulit. Namun, aku sadar, dia jauh di mata. Ingin ku rengkuh namun tangan tiada sampai, hanya batin di jiwa inilah yang

Cerpen

SENANDUNG LUKA Oleh : Nihayatun Nuril A. Gerimis menyapu keindahan cakrawala, tiupan angin membawa rasa dingin, matahari sudah sepenuhnya berlalu, namun hari terasa gelap meski ada rembulan, ternyata ulah awan hitam yang menutupi sinarnya, dari balik jendela ku  amati setiap butiran air yang menyentuh tanah, sungguh Maha Agung Sang Pencipta alam semesta ini. Dia menurunkan hujan sebagai karunia, untuk menghidupkan tanah yang gersang. Seperti Dia menganugrahiku seorang gadis cantik seperti Tiara. Gadis berparas ayu yang kutemui di halte bus, orangnya sangat sederhana, walau tanpa ulasan make-up dia tetap terlihat begitu menawan. Sayang, impianku untuk bisa bersanding dengannya harus terkubur dalam-dalam, aku dan dia bagaikan langit dan bumi yang takkan bersatu, dia bak putri raja, sedangkan aku? Aku hanya pemuda miskin yang tak punya apa-apa, aku hidup dengan ibuku yang sering sakit-sakitan, kadang aku menyesal atas takdirku. Mengapa aku harus terlahir dikalangan seperti ini? N

Cerpen

Kulukis Masa Depanku dengan Keringat Masa Mudaku Oleh :Nuril Qomariyah (Coccom)             Mataku terkapar menatap jauh ke balik jendela bilah-bilah bambu di ruang tamu. Inilah istanaku gubuk penuh canda dan tawa yang nampak reyot di setiap sisi dan lubang-lubang tikus rumah di sudut ruangan turut menghiasi isatan kecilku. Kara begitulah orang biasa memanggilku untuk membantu mengangkut kayu atau apalah itu dengan upah selembar uang lima ribu rupiah setiap kali mereka memakai jasaku. Jika petang datang aku akan bergegas ke pasar mendatangi pedagang yang akan bergegas pulang dan dengan peluh bercucuran aku pikul karung-karung beras yang akan mereka bawa pulang ke rumah. Itulah aku, Kara anak sebatang kara yang tinggal bersama kurnia adik perempuanku yang masih berusia lima tahun. Aku tak punya dunia tapi dunia akan berada di genggamanku.             “Kara kamu tidak sekolah hari ini?” tanya salah satu pedagang di pasar. “Tidak Mak, tidak ada beras buat di masak nanti malam.” j

Cerpen

FAINNAMA’AL ‘USRI YUSROON (Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan) Oleh : Nuril Q (coccom)             Kuhempaskan badan dan kepala penatku diatas kasur. Panas matahari siang menyeruak masuk melalui jendela kamar yang sengaja kubuka, jilbab yang sedari tadi pagi membalut mahkotaku kini harus kutanggalkan karena suhu udara siang yang tak bersahabat. Biasanya bulan September seperti sekarang ini sudah memasuki musim penghujan, namun, entahlah hanya Allah SWT yang Maha Mengetahi dan Berkuasa yang dapat menurunkan tetes karunia-Nya melalui derai air hujan.             Genap satu bulan setelah aku wisuda, namun tak ada satu pun berkas lamaran kerjaku yang diterima, kebanyakan alasan setiap perusahaan sama “Maaf, mbak kami baru saja merekrut karyawan baru.” begitulah jawaban yang selalu kuterima setiap kali aku datang dan pulang dengan hasil yang nihil. Padahal jika ditelaah IP-ku masih diatas rata-rata dan tidaklah mengecewakan.             “Aduh nduk, kamu kok rep